JAWA BARAT - INDONESIA

Bandung : Jalan Asia Afrika, Alun-Alun, Masjid Raya dan Jalan Braga

      Menyaksikan sejarah langsung dari tempat terjadinya memang punya kenikmatan tersendiri. Setelah menikmati sejarah di Museum Konferensi Asia-Afrika, saya dan Iccul beranjak menuju Masjid Raya dan Alun-alun. Melalui Jalan Asia Afrika yang sudah tertata rapi. Mungkin, Jalan Asia-Afrika inilah jalan terbaik yang ada di Bandung, untuk pejalan kaki.  Di sisi kiri dan kanan terdapat hiasan berbentuk bulat sempurna bertuliskan nama negara-negara Asia, Afrika dan Oseania. Tidak lupa, kursi untuk pejalan kaki yang menambah estetika jalan ini. Apalagi, Bangunan tua yang terawat juga menambah kesan wah di Jalan ini. Tidak salah kalau saya menilai seperti itu.

Jalan Asia Afrika
Cosplayer di Jalan Asia-Afrika

Kalau sudah sore seperti ini, Jalan Asia-Afrika dipenuhi para costplayer yang menawarkan jasa mereka untuk berfoto bareng, tentunya dengan memberikan imbalan kepada mereka seikhlasnya. Para Costplay ini juga memakai berbagai macam pakaian dari tokoh-tokoh film Hollywood yang terkenal. Ada yang jadi Iron man, Bumblebee, Valak, atau tokoh dalam anime Naruto, seperti Sasuke atau Naruto sendiri. Macam-macam-lah pokoknya.

Lalu, tidak jauh kami berjalan, kami melalui Gapura, atau kalau mau dibilang terowongan mini *saya gak tahu sebutan untuk bangunan itu . Nah di Terowongan ini-lah tulisan “Bumi Pasundan Terlahir ketika Tuhan Sedang tersenyum” itu berada. Tulisan tersebut terdapat di dinding sebelah kiri jika kita berjalan dari arah Museum KAA. Dan di sisi sebaliknya ada kata milik Pidi Baiq yang lumayan panjang. Salah satu tempat kesukaan saya, selain karena sangat kreatif, tempat ini juga instagramable.

Melewati Gapura atau terowongan itu, kami menyebrang dahulu, dan tiba di Alun-Alun Bandung yang terkenal itu. Saya mulai tertarik kesini karena sitkom Preman Pensiun. Di dalam sitkom tersebut, beberapa perubahan Bandung di masa Ridwan Kamil ditayangkan. Salah satunya Alun-Alun ini. Alun-alun atau pelataran Masjid Raya yang dulunya tidak menarik, dirubah menjadi ruang publik yang nyaman dengan menggunakan rumput sintetis. Orang-orang jadi merasa nyaman, untuk bersantai, duduk-duduk, bahkan tiduran. Taman bermain, dan taman bunga yang berada di samping pelataran juga menambah sarana lain yang ada di alun-alun. Lalu, para pedagang Makanan kaki lima dialihkan di Basement.

Menara Masjid Raya

Saya dan Iccul bersantai di Alun-alun, memerhatikan segala aktivitas warga bandung di tempat ini. Ada yang sekadar duduk-duduk sambil ngerumpi cantik bareng teman-teman, ada yang asik selpi manja terus upload di sosmed, ada yang asik main-main sampe lupa waktu. Pokoknya ada banyak aktivitas yang dilakukan warga Bandung di alun-alun ini.

Alun-Alun ini direnovasi oleh walikota Ridwan Kamil beberapa kali hingga terakhir dilakukan pada tahun 2014, dan diresmikan di akhir 2014. Faktanya, Alun-Alun Bandung ini bisa disebut masih ada, bisa juga tidak ada. Disebut tidak ada karena secara fisik, alun-alun Bandung sudah dijadikan Plaza Masjid Raya, atau pelataran Masjid Raya, disebut masih ada karena masyarakat Bandung masih menyebut tempat ini alun-alun.

Alun-alun ramai
Foto-foto cantik
Alun-alun dan Masjid Raya

Karena sejatinya, Alun-alun ini merupakan Halaman Masjid Raya Jawa Barat, maka Alun-alun ini berdekatan dengan Masjid Raya Jawa  Barat. Masjid yang memiliki ciri khas dua Menara kembar ini merupakan salah satu ikon Bandung. Masjid ini dulunya bernama Masjid Agung Bandung. Dibangun pada tahun 1812, bersamaan dengan dipindahkannya pusat kota Bandung dari krapyak ke pusat kota yang sekarang. Masjid ini pada awalnya dibangun dengan bentuk bangunan yang sederhana, berbentuk bangunan panggung, dengan dinding anyaman Bambu dan bertiang kayu.

Alun-Alun dan Masjid Raya pada malam hari

Namun, kebakaran pada tahun 1826 membuat Masjid ini direnovasi dengan mengganti dinding Bambu dengan Kayu, lalu dirombak lagi dengan mengganti dindingnya dengan tembok batu bata atas instruksi Bupati R.A Wiranatakusumah IV.

Taman di Sekitar Alun-alun

Pada tahun 1930, perombakan kembali dilakukan dengan membangun pendopo dan dua buah Menara. Lalu pada tahun 1955, Masjid ini mengalami perombakan besar-besaran, diantaranya perubahan Kubah yang awalnya bernetuk nyungcung, menjadi kubah berbentuk bawang ala timur tengah. Lalu 1973, Masjid ini dirombak lagi dan dibuat bertingkat. Terdapat Basement sebagai tempat wudhu, lantai utama sebagai tempat sholat utama, dan lantai atas sebagai lantai mezanin. Lalu tahun 2001 kembali direnovasi sekaligus menata ulang Alun-Alun Bandung.

Eksterior Masjid

Bagian Eksterior Masjid sangat khas dengan dua Menara kembar setinggi 81 meter, dan 3 Kubah. Dulu, 3 Kubah ini hanya berwarna putih. Sekarang, 2 Kubah telah berubah warna menjadi emas, dan Kubah utama atau yang di tengah

Bagian Interior Masjid terdiri dari 3 Lantai. Lantai bawah sebagai basement, lantai utama sebagai ruang sholat utama dan serambi, serta lantai atas juga sebagai ruang sholat.

Ruang Sholat utama

Setelah bersantai hingga malam hari di Alun-alun, kami melaksanakan sholat di Masjid, lalu melanjutkan jalan-jalan. Kulineran di Basement Alun-alun, lalu kembali ke Jalan Braga, hingga kehujanan dan tidak bisa apa-apa. Kami memutuskan Ngopi-Ngopi di salah satu Café yang ada di Jalan Braga. Jalan Braga sangat autentik dengan deretan Café-café serta Bistro keren dengan nuansa eropa mereka. Jangan lewatkan untuk mencoba salah satu Café yang ada disana.

dan kami kehujanan di Braga
Ada Cafe
Yuk Ngopi

10 comments on “Bandung : Jalan Asia Afrika, Alun-Alun, Masjid Raya dan Jalan Braga

  1. wah, jalur berjalan kaki yang asyik! aku main di alun-alun itu sejak masih kecil, waktu masih banyak pot bunganya, hingga agak gede, rajin nongkrong beli somay, sampe sekarang guling-gulingan di latar masjid itu. asia afrika juga banyak ceritanya yang bagus! kalo ngadem masuk museum enak nyaman…

    Disukai oleh 1 orang

  2. Hendi Setiyanto

    Bandung itu, suasananya tidak beda jauh dengan kotaku Banjarnegara, untuk urusan cuacanya maksudnya, sejukkk

    Disukai oleh 1 orang

  3. wah, kalo mau foto dengan latarbelakang quote “bumi pasundan..” itu harus nunggu agak malem ya?
    biar minim gangguan kendaraan.

    Disukai oleh 1 orang

  4. Sayang ya pas kamu kesini Bandungnya lagi hujan terus, tapi enak sih adem yak heheh

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar