SINGAPORE

Drama Singapura

          Bus Five Star tipe double decker yang saya tumpangi melaju meninggalkan kota Kuala Lumpur. Saya dan Majdi duduk di kursi paling belakang, di lantai dua bus. Majdi duduk di samping saya, dan sudah terlelap. Majdi memang sudah sangat kelelahan. Tadi pagi baru saja dia merayakan hari wisudanya di USIM, Nilai – Negeri Sembilan. Lalu sorenya harus mengantar kami lagi ke Putra Jaya. Lalu Malamnya, kami kembali ke Kuala Lumpur lagi dan bergegas menuju Berjaya Times Square tempat bus ini mengambil penumpang. dan saat ini kami sudah ada disini, dalam perjalanan menuju Singapura. Benar-benar perjalanan panjang. Suasana dalam bus sangat senyap, mungkin hanya 1-3 penumpang yang masih terjaga saat itu. Saya pun ikut tertidur, beberapa saat kemudian.

***

            Saya bangun, saat Bus perlahan melambat dan akhirnya berhenti. Saya memerhatikan keluar jendela, sebuah gedung besar di luar. Seluruh penumpang turun dari bus. Saya membangunkan Majdi, dan kami berdua bergegas turun dari bus. Kami sudah berada di gerbang Imigrasi Malaysia, yang artinya kami sudah berada di perbatasan Malaysia – Singapura. Ya, setiap kita akan memasuki atau meninggalkan suatu negara, maka kita harus melewati petugas Imigrasi. Saya dan Majdi memasuki gedung, mengantri di salah satu kaunter, mendapatkan stempel  pertanda kalau kami sudah diizinkan meninggalkan Malaysia, dan kembali ke Bus. Semuanya berjalan lancar tanpa kendala.

            Setelah seluruh dipastikan telah berada di Bus, Bus meninggalkan gedung Imigrasi Malaysia, dan berjalan melewati jembatan panjang yang menghubungkan Malaysia dan Singapura yang hanya berupa pulau yang tak lebih luas dari pulau Sulawesi, Kalimantan, maupun Sumatra. Setelah melewati jembatan, Bus kembali berhenti dan seluruh penumpang kembali turun dari Bus. Kali ini kami akan memasuki negara baru, itu artinya kami harus melewati gerbang imigrasi lagi untuk mendapatkan stempel izin masuk ke negara tersebut. Karena Singapura bebas visa bagi pemegang paspor Indonesia, maka semestinya kami lancar-lancar saja mendapatkan Stempel Singapura.

            Saya dan Majdi sekali lagi mengantri di Kaunter yang sama. Di Kaunter ini, kami harus mengantri agak lama, beberapa orang di depan kami cukup lama saat paspornya diperiksa sang petugas Imigrasi. Saya bahkan melihat salah satunya dibawa oleh seorang petugas dengan seragam berwarna biru tua. Entah apa masalahnya. Hingga akhirnya giliran saya, saya pun ditanya banyak hal, seperti Mau Apa di Singapura ? Berapa Lama di Singapura ? dan beberapa pertanyaan lainnya.

            Huuft, Stempel Singapura akhirnya menghiasi Paspor saya. Saya mengahampiri Majdi yang sedari tadi sudah menunggu. Kami berjalan kembali menuju Bus.

            Deretan Bus berjajar dekat pintu keluar gedung Imigrasi menunggu penumpang mereka. Saya mencari Bus bernama Five Star, Bus yang saya tumpangi tadi. Dari beberapa bus yang saya lewati, saya dan Majdi tidak menemukan bus Five Star, hingga bus terakhir. Kami bernapas lega, saat bus terakhir itu bernama Five Star. Pikiran buruk saya sebelumnya telah pergi. Hingga saya melihat supir bus yang kami tumpangi dengan yang saya lihat saat ini berbeda. Saya mencoba mencocokkan nomor bus yang ada di tiket dengan bus ini. Dan memang Berbeda. Majdi memastikan dengan memperlihatkan tiketnya dengan kenet yang ada di pintu masuk bus. Ini Bukan Bus Anda, Katanya. Benar-benar berbeda.

            Kami kembali ke tempat yang telah kami lewati, memastikan kami tidak melewatkan bus itu. Tapi hasilnya sama, kami tidak menemukan bus itu. Apakah kami benar-benar ketinggalan bus ?, Setega itukah mereka pada kami ?. Gumamku waktu itu. Hingga deretan bus telah habis, Majdi masih terus berjalan. Melewati kerumunan orang yang terlihat sedang menunggu bus, dan sebuah palang. Saya sempat bertanya sendiri, Mau kemana dia ?. hingga Seseorang bermata sipit berseragam biru tua, seperti yang saya lihat di gedung imigrasi tadi memanggil kami, dengan wajah garangnya.

Where do you wanna go ?, tanyanya.

I look for my bus, sir, Jawab Majdi.

            Petugas tersebut meminta paspor kami, dan menyuruh kami mengikutinya. Dengan pasrah, kami memberikan paspor kami dan mengikuti petugas tersebut. Awalnya saya pikir si petugas bakal membantu kami mencari bus kami, tapi eh nyatanya. Kami dibawa ke sebuah kantor berisi petugas-petugas dengan seragam yang sama. Kantor itu Bertuliskan I.C.A (Imigration and Checkpoints Authority) Petugas yang tadi memberikan paspor kami kepada rekannya, dan berbicara dengan Bahasa Mandarin, yah setidaknya terdengar seperti itu. Di ruangan itu terdapat 3 petugas, petugas yang tadi membawa kami sudah pergi, kembali bertugas. Kini kami berhadapan dengan petugas-petugas lainnya, dan dicerca berbagai pertanyaan.

            Pertanyaanya hampir serupa, dan jawaban Majdi juga sama. Setelah bertanya, si petugas meminta tas kami. Kami memberikan tas kami, juga dengan pasrah. Si Petugas membuka dengan mengeluarkan isi tas saya satu per-satu. Pakaian, Sidi Tongsis, satu dompet berisi toiletries yang ujung-ujungnya juga dibuka. Isinya hanya deodoran, face wash, sabun, sikat gigi dan odol. Sayang sekali ya Pak, tidak ada Bom di dalam.

            Belum Puas menggeledah tas, si Petugas lalu meminta kamera dan handpohne kami. Kembali dengan pasrah saya memberikannya. Pak Petugas memeriksa handphone terlebih dahulu, lalu kemudian kamera. Mungkin penasaran dengan foto-foto selfie saya yang keren-keren. Si Petugas mengira kami teroris, tapi sayangnya tidak ada yang mencurigakan dari kami.

            Setelah diperiksa luar dalam, kami kembali diinterogasi. Seakan si petugas belum percaya pada kami. Saya mulai khawatir liburan di Singapura bisa buyar kalau kami bermasalah disini dan tidak diizinkan masuk ke Negara mereka. Si Petugas kali mengutak atik paspor saya, dan bertanya dari setiap lembaran paspor. Si Petugas lalu tertarik dengan salah satu lembaran yang berisi tempelan Visa Arab Saudi saya.

Kemana Negara mana kamu saat itu ?, Tanyanya sambil menunjuk Stempel Visa Arab Saudi saya.

Arab Saudi Pak, Jawab saya.

Dalam rangka apa ?, Tanya Si Petugas, Lagi.

Umroh Pak, Umrah itu salah satu Ibadah umat Muslim Pak, Jawab saya sambil menjelaskan agar tidak ada pertanyaan lagi.

Dengan siapa ?

Dengan Keluarga Pak, *Huuh ternyata masih ada*

Apakah Kakakmu ikut ?, Tanyanya Lagi dan Lagi

Tidak Pak, dia sedang Kuliah di Malaysia.

Oh Thank You. Akhirnya si petugas mengakhiri interogasinya.

*pertanyaannya dalam Bahasa Inggris

            Setelah si Petugas menggeledah dan menginterogasi kami, salah satu dari mereka membawa Paspor kami dan menyuruh kami menunggu sejenak di kursi tunggu. Dan Untunglah ada colokan di dekatnya, sehingga saya bisa mengisi daya handphone saya.

            Petugas yang membawa paspor kami datang beberapa saat kemudian, dan akhirnya mengembalikannya pada kami. Dengan ucapan terima kasih, dan permohonan maaf, petugas di ruangan itu mempersilahkan kami pergi. Sebelum pergi, Majdi sempat bertanya dimana Money Changer di daerah ini, tapi karena si Petugas susah menjelaskannya karena memang letaknya susah dijelaskan, si Petugas dengan baik hatinya mengantar kami ke tempat money Changer.

            Kami sampai di Money Changer, dan money Changernya masih tutup. Perjalanan ke Singapura ini benar-benar tanpa persiapan yang matang, tanpa pengetahuan tentang sistem transportasi, tanpa uang dollar sama sekali. Iya, saya baru ingat kalau saya lupa tukar uang saat saya sudah dalam perjalanan menuju Singapura, begitu pula Majdi.

            Kami duduk berdua di depan Money Changer, menunggu Money Changer itu terbuka. Lalu Majdi mendapatkan ide untuk mencari atm. Dengan modal bertanya sana-sini, kami akhirnya menemukan mesin atm. Majdi memasukkan kartunya dan memulai transaksi. Saya hanya memperhatikan dari dekat. Sampai Kartunya keluar, saya tak melihat uangnya keluar. di Layar terdapat tulisan yang menandakan bahwa transaksi (sepertinya) gagal. Majdi mencoba lagi, dan kembali gagal. Itu artinya Harapan kami hanya Money Changer itu *hanya itu yang ada di pikiran kami saat itu. Kami kembali ke Tempat Money Changer, yang satu-satunya di Woodlands.

            Kami kembali duduk di depan Money Changer. Menunggu sampai Money Changer itu buka, sambil memerhatikan orang-orang lalu lalang. Ini baru Jam 5, dan tempat ini sudah lumayan sibuk. Untungnya, saya membawa 2 Nasi Kotak dari Malaysia sisa semalam, yang belum dibuka. Lumayan untuk mengganjal perut yang sebenarnya sudah agak lapar. untungnya juga saya membawa satu botol air minum. Kami terselamatkan. Setelah Makan, Majdi yang sebenarnya sudah kelelahan, tertidur. Kami benar-benar seperti gembel disini.

            Sambil menunggu, saya menyempatkan diri bertanya kepada orang-orang yang lalu lalang. Setidaknya bertanya adalah hal yang paling membantu saat itu. Saya bertanya Bagaimana cara ke Mustafa Centre, Masjid Sultan, dan Marina Bay Sands. Hampir tidak ada yang tahu cara ke dua tempat pertama. Hanya Merlion Park saja…, kok bisa ya?, orang Singapura sendri tidak tahu dimana Mustafa Centre dan Masjid Sultan ?. ya sudahlah, setidaknya sudah ada pencerahan ke Marina Bay Sands.

            Langit sudah sedikit terang, Money Changer belum buka, dan kami belum sholat shubuh. Bagaimana ini ?, Apakah Money Changer ini masih beroprasi ?, Bagaimana Kalau Money Changer ini tak buka sama sekali ?, dan segenap pertanyaan menakutkan lainnya. Tapi segala ketakutan itu hilang setelah akhirnya Money Changer itu BUKA. Pas setelah Majdi juga bangun. Alhamdulillah. Segera saya menukarkan uang dan kembali bertanya bagaimana caranya ke Masjid Sultan. Belum ada yang tahu jelas cara kesana. Bisa saja sih kalau mau langsung Naik Taksi, tapi uang kami terbatas disini. Hingga akhirnya terbesit di pikiran saya apakah tidak ada Masjid di sekitar sini ?, huuh bodohnya kami. Kenapa bukan itu yang dari tadi kami tanyakan ?, kenapa harus Masjid Sultan terus yang ditanyakan. Dan setelah pertanyaan diganti, kami juga mendapatkan orang yang tepat. Dia tahu Masjid di sekitar sini. Namanya Masjid An – Nuur.

Masjid An-Nuur
Masjid An-Nuur
Menara Masjid An nUR
Menara Masjid An nUR
Papan Nama Masjid An-Nuur
Papan Nama Masjid An-Nuur
Bagian dalam Masjid An-Nur
Bagian dalam Masjid An-Nur

     Kami berjalan menyusuri Jalan di Woodlands Checkpoint ini dan akhirnya menemukan Cahaya dibalik kubah putih Masjid An-Nuur, Masjidnya lumayan besar. Sesampai di Masjid, saya langsung mengambil air wudhu dan menunaikan Sholat shubuh saya yang agak telat. Bukan hanya sholat, kami bahkan bisa Mandi dan beristirahat sejenak di Masjid ini. Masjid ini penyelamat bagi kami, terlebih banyak orang-orang baik yang lumayan tahu banyak tentang sistem tranportasi disini. Kami sempat bercerita banyak dengan beberapa pengurus Masjid, dan Alhamdulillah, kami mendapatkan banyak pencerahan, dan mulai tahu kemana kami harus pergi setelah dari sini.

27 comments on “Drama Singapura

  1. Dan… selalu ada hal yang menakjubkan dlm perjalanan meskipun melewati ‘drama’ dulu. 🙂

    Disukai oleh 2 orang

  2. Lumayan ya bikin semaput “ditahan” di kantor imigrasi. Tapi ada bagusnya juga setelah memeriksa mereka meminta maaf ya. Dan juga mengucapkan terima kasih. Aku belum pernah nih kena random check in, jangan sampai deh kena. :p

    Suka

  3. Thankie kak, jd bisa lbh tau dan persiapan jika satu waktu bs brkesempatan ksana.

    Ah, Selamat kak Majdi sudah wisuda.

    Wlu drama sptinya seru krn moment ini sama temen, ga sendirian

    Disukai oleh 1 orang

  4. singapura itu bersih dan rapi yah sayang mahal

    Disukai oleh 1 orang

  5. Drama kaya gini yang bikin perjalanan jadi seru, kan?

    Paling ngga jadi tau gmn rasanya diintrogasi di kantor imigrasi negeri orang (saya juga pernah ngalamin ini, bahkan di kantor imigrasi indonesia!).

    Seru, seru! Ditunggu lanjutannya!

    Disukai oleh 1 orang

  6. Wah besar ya masjidnya. Alhamdulillah bs numpang mandi. Klo sudah mandi, badan segar…. Mikir jg makin lancar 🙂

    Disukai oleh 1 orang

  7. rasanya gimana gitu kalo di imigrasi singapura.. alhamdulillah aku pernah masuk ke oficenya dan tertahan disana sekutar sejaman…

    Disukai oleh 1 orang

    • Kalau ke singapura pake bus emang banyak turis yang ngalamin hal seperti itu ya…, entah mereka dibawa ke ruangan itu tanpa tahu apa sebabx. Banyak juga yg sampe ketinggalan bus.

      Disukai oleh 1 orang

  8. duh urusan di imigrasi itu emang serin bikin deg-degan ya, padahal juga gak ada salah apa2, tapi tetap aja nervous 🙂

    Disukai oleh 1 orang

    • Haha masih mending kalau langsung dikasi stempel, gimana kalau dibawa ke kentornya ?

      Suka

      • bisa pingsan duluan sebelum di tanya2,ahahaha saya pernah loh di setopin mobil sama polisi imigrasi di daerah slovenia sempat di interogasi sedikit untungnya gak ada apa2, cuman pemeriksaan biasa aja, hehe

        Disukai oleh 1 orang

  9. Pengalaman yang sangat berharga tuh mas, menghadapi imigrasi yang ‘curiga’ dengan kita. Dan alhamdulillah… back to masjid ya mas 😀

    Disukai oleh 1 orang

  10. Aku aja yang baca ikut deg2an hahaha untung ga kenapa2 ya. Masih tetep bisa jalan 😀

    Disukai oleh 1 orang

  11. Wah kok bisa ketinggalan bus ya, apakah driver tidak menghitung jumlah penumpangnya sudah lengkap atau belum..

    Beberapa tahun lalu masuk SG dari Malaysia pun sempat agak lama ditanya2 imigrasi Singapura, bahkan teman saya sampai dibawa ke ruang interogasi.

    Btw itu masjidnya bagus ya! Lalu bagaimana akhirnya kalian meninggalkan Woodlands menuju pusat kota?

    Suka

    • Nah itu dia yang saya tidak tahu. Sebelum berangkat dari Malaysia drivernya menghitung jumlah penumpangnya. Waktu pulang ke malaysia drivernya juga selalu menghitung penumpangnya setiap kali bus mampir dan akan berangkat. Meninggalkan woodlands naik Bus lalu naik MRT.

      Suka

Tinggalkan komentar