JAWA BARAT - INDONESIA

Napak Tilas Konferensi Asia Afrika di Museum KAA

Penjajahan yang dialami negara-negara yang berada di benua Asia dan Afrika merupakan masalah yang sangat krusial sejak abad ke-15, meski pada dasarnya perang dunia ke-II telah berlalu. Pun, ketika banyak negara Asia – Afrika yang telah memperoleh kemerdekaannya, mereka masih memperoleh masalah dari sisa-sisa penjajahan. Belum lagi masalah-masalah lainnya seperti konflik antar kelompok masyarakat dalam negeri, dan lahirnya dua blok kekuatan dunia semakin memanaskan kondisi dunia pada saat itu.

Gedung Merdeka
Potret Gedung Merdeka 1955

Atas situasi ini, perdana menteri Sri Lanka, Sir John Kotelawala mengundang para perdana menteri dari negara-negara Asia, seperti U Nu dari Birma, Jawaharlal Nehru dari India, Mohammed Ali dari Pakistan, dan Ali Sostroamidjoyo dari Indonesia untuk mengadakan pertemuan. Lewat pertemuan ini, presiden Soekarno, melalui perdana menteri Ali Sostroamidjoyo menyampaikan ide untuk menyelenggarakan Konferensi Asia- Afrika dalam pertemuan  tersebut.

Sebagai persiapan setelah pengusulan tersebut, pemerintah Indonesia melaksankan konferensi yang dihadiri oleh para pemimpin Asia, Afrika dan Pasifik di Wisma Tugu, Puncak, Jawa Barat pada 9-22 Maret 1954. Dalam pertemuan antar kepala negara tersebut, dibahas rumusan yang akan dibawa perdana menteri Ali Sostroamidjojo  sebagai dasar usulan Indonesia untuk meluaskan gagasan kerja sama regional antar negara-negara Asia-Afrika

Potret Sejarah di Museum KAA

Sebagai kelanjutan tekad negara-negara Asia-Afrika untuk bekerja sama, diadakan Konferensi Kolombo pada 28 April – 2 Mei 1954. Dalam Konferensi tersebut, Perdana Menteri Ali Sostroamidjojo kembali mengusulkan pentingnya diadakan Konferensi Asia-Afrika, untuk membahas lebih dalam masalah-masalah krusial yang terjadi di negara Asia dan Afrika. Dan Usulan tersebut diterima oleh semua peserta konferensi.

Akhirnya, pada tanggal 18 – 24 April 1955 diadakan Konferensi yang telah diidam-idamkan Bangsa Indonesia di Gedung Merdeka, Bandung untuk membentuk kerja sama antar negara Asia-Afrika baik dalam bentuk Ekonomi dan Budaya, serta melawan kolonialisme Negara Amerika Serikat, Uni Soviet dan negara imperialis lainnya.

Potret Sejarah dalam Museum KAA

Sebanyak 29 Negara menghadiri Konferensi ini. Lebih dari  tujuan di  atas, Konferensi ini merekfleksikan segala keresahan negara Asia-Afrika, seperti kekhawatiran mereka terhadap ketegangan Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat, penentangan kolonialisme perancis di Al-Jazair, dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat. Konferensi ini melahirkan Dasasila Bandung, dan akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961.

Dalam Sejarah, Konferensi Asia-Afrika tercatat sebagai salah satu kesuksesan terbesar Indonesia dalam Diplomasi Dunia.

***

Pertama kali tiba di Bandung, saya dan Iccul memutuskan untuk istirahat sebentar di hotel. Mungkin hanya sekitar 1-2 Jam, baru kami memutuskan untuk jalan-jalan. Tujuan pertama mencari makan. Kami berjalan hingga Jalan Braga, namun tidak menemukan tempat yang pas belum juga mendapatkan tempat makan yang pas, perhatian kami teralihkan dengan arak-arakan PON dengan menggunakan Bandros. Baru setelah arakan berlalu, kami melanjutkan pencarian. Dan pasrah saja dengan Warung yang kami dapat, meski bukan itu yang saya cari.

Setelah makan, Jalan-jalan tidak jelas kami dilanjutkan. Sepanjang siang, kami hanya putar-putar di Jalan Asia-Afrika dan Braga. Hingga Museum KAA atau Konferensi Asia Afrika membuat saya tertarik. Bukan karena tidak ada rencana ke Museum, tapi saya selalu bilang nanti saja dalam hati. Daripada jalan-jalan tidak jelas, lebih baik kami mampir kesini lebih awal. Karena rencana ke Alun-alun baru akan kami laksanakan ketika hari menjelang magrib.

Patung Lilin Soekarno dan Pemimpin Negara lainnya

Saya memang suka sejarah, tetapi tidak terlalu menguasai bidang itu. Menguasai dalam arti wawasan saya dan pengetahuan saya masih sempit. Kalaupun saya sudah membaca, saya sering lupa, apalagi kalau sudah dihadapkan dengan tanggal dan tahunnya. Salah satu wujud ketertarikan saya adalah dengan mengunjungi museum, dan dengan mengunjungi museum itu, apa yang saya lihat dan baca lebih lama tinggalnya di dalam ingatan. karena mungkin ketika berada di museum, kita seakan dibawa ke zaman sejarah tersebut terjadi. Mungkin ya, mungkin.

Saat Memasuki Museum KAA ini, saya takjub dengan Patung Lilin / Diorama Konferensi Asia Afrika yang menyambut saya. Presiden Soeharto Nampak berdiri di podium, dan di belakangnya terdapat para pemimpin dunia sedang duduk, menyimak pidato.

Rentetan Sejarah dalam bentuk Poster
Koran tempo dulu

Tidak perlu bayar untuk bisa menyimak, serta membaca rentetan sejarah tentang Konfenrensi Asia-Afrika ini. Saya dan Iccul hanya perlu mengisi Buku Tamu, dan kami berdua  bebas berkeliling seisi Museum yang bersambungan langsung dengan Gedung Merdeka ini.

Di Dalam Museum ini, kita dituntut untuk banyak membaca. Karena kebanyakan yang ditampilkan adalah Poster-poster berisi fakta sejarah yang berkaitan dengan Konferensi Asia-Afrika, serta rentetan peristiwa sebelum Konferensi seperti Sejarah Perang Dingin, Perang Dunia Ke II, serta Kebangkitan Bangsa Asia-Afrika. Kalaupun ada benda peninggalan Sejarah, hanya sedikit yang ada disini. Hanya ada Mesin Ketik, Piagam Penghargaan, potret koran dan potret  Bangunan di masa lalu.

Mesin Ketik
Dasa Sila Bandung

Oh Iya, tidak lupa, juga ditampilkan Dasasila Bandung dalam bentuk Papan metal, yaitu suatu penyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Seperti dalam namanya, Dasasila, berisi sepuluh sila atau dasar dalam usaha tersebut. Dasasila tersebut tertulis dalam Bahasa Inggris.

Setelah membaca-baca rentetan sejarah dilengkapi dengan foto-foto jaman dulu, saya diarahkan menuju ruang Konferensi. Di tempat inilah Konferensi yang memberikan pengaruh besar terhadap negara-negara Asia-Afrika berlangsung. Ruangannya masih sangat terawat. Nah, jika dari luar awalnya saya sangat penasaran dengan bagian dalam Gedung Merdeka, maka rasa penasaran saya akhirnya terjawab ketika berada di dalam ruang sidang atau Konferensi utama ini.

Ruang Sidang (Bagian dalam Gedung Merdeka)

Di Ruangan megah nan luas inilah, Semangat dan kekuatan moral para pejuang bangsa-bangsa Asia-Afrika yang pada masa itu diterpa berbagai kekhawatiran, yang pada masa itu memperjuangkan kemerdekaan, yang pada masa itu diterpa masalah-masalah international berkobar. Sehingga lahirlah solidaritas yang kuat, negara-negara baru yang merdeka yang menandakan bahwa semangat Dasasila Bandung semakin merasuk ke dalam tubuh bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.

Peringatan 60 Tahun KAA yang diadakan tahun 2015 lalu sejatinya semakin menumbuhkan semangat saya untuk bisa ke Bandung. Bukan hanya sekadar untuk jalan-jalan semata, tetapi saya ingin sekali ikut hanyut dalam kekhidmatan perayaan konferensi besar itu. Tapi, apalah daya, saya baru bisa datang kesini.

Soekarno

Terakhir,

Seperti kata Ir. Soekarno dalam Pidatonya di tahun 1966, Jas Merah ! Jangan sekali-sekali meninggalkan Sejarah. Museum adalah Sejarah. Meninggalkan Museum, berarti meninggalkan Sejarah.

Ayo ke Museum, Kawan !.

17 comments on “Napak Tilas Konferensi Asia Afrika di Museum KAA

  1. ini museum fav ku

    Disukai oleh 1 orang

  2. Aku udah ke sana 😁 museumnya bagus banget, informatif

    Disukai oleh 1 orang

  3. Masih sama saat dua tahun silam ke sana, dulu sepi, pas kamu ke sana sepi juga?

    Btw, ke mana aja nih Mir, kok jarang update sekarang. 😀

    Disukai oleh 1 orang

  4. Aku sudah pernah ke museum ini, toiletnya keren lho, ala2 vintage dan tegelnya itu warnanya hitam putih kayak catur trus banyak bendera di lereng sebelum toilet

    Disukai oleh 1 orang

  5. aku belum sempat masuk, dulu pas hari libur Nasional kalau gak salah ……
    jadi penasaran, ingin napak tilas juga …

    Disukai oleh 1 orang

  6. Nyari makan apa sih emangnya? Hahaha. Jalan2 gratis emang nyenengin ya, aku juga sukaaa 😀

    Disukai oleh 1 orang

  7. Sidiq Atto

    hiburan di wisata bandung harus nyempetin nih liburan akhir tahun

    Suka

Tinggalkan komentar